...

Tugu Jogja

Selamat datang di jantung kota Yogyakarta, di mana sebuah monumen kokoh berdiri tegak, menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan simbol keabadian. Inilah Tugu Jogja, bukan sekadar patung biasa, melainkan mercusuar filosofi, sejarah, dan kebanggaan bagi warga lokal maupun magnet tak terlupakan bagi setiap pelancong. Dari kisah masa lalu hingga mitos yang menyertainya, Tugu Jogja adalah perhentian wajib yang akan menghubungkan Anda dengan jiwa kota pelajar ini.

  • Tugu Jogja adalah landmark paling ikonik di Yogyakarta, sarat dengan sejarah dan filosofi Jawa kuno.
  • Awalnya dikenal sebagai Tugu Golong Giling, strukturnya berubah setelah gempa bumi dan kini disebut Tugu Pal Putih.
  • Monumen ini melambangkan konsep “Manunggaling Kawula Gusti” dan menjadi garis imajiner antara Keraton, Tugu, dan Gunung Merapi.
  • Sebagai titik nol kilometer, Tugu Jogja menjadi pusat orientasi dan area favorit untuk berfoto serta berkumpul.
Daftar Isi
  1. Mengenal Lebih Dekat Tugu Jogja: Simbol Keabadian Kota Pelajar
    1. Sejarah Singkat Tugu Jogja: Dari Golong Giling hingga Pal Putih
    2. Filosofi dan Makna yang Tersembunyi di Balik Tugu Jogja
    3. Arsitektur Unik dan Ciri Khas Tugu Jogja
    4. Tugu Jogja: Titik Nol Kilometer dan Pusat Orientasi Kota
    5. Mengapa Tugu Jogja Wajib Dikunjungi?

Baca Juga: Jadwal Lengkap dan Tips Menonton Wayang Orang Sriwedari untuk Pengalaman Maksimal, Kualitas tidur yang lebih baik, Aktivitas fisik membakar kalori, Destinasi wisata budaya Solo, Makanan khas Solo, Penginapan dekat Pasar Gede

Mengenal Lebih Dekat Tugu Jogja: Simbol Keabadian Kota Pelajar

Tugu Jogja, yang juga sering disebut Tugu Pal Putih, adalah penanda paling otentik yang akan Anda temukan di Yogyakarta. Berada tepat di tengah persimpangan Jalan Mangkubumi, Jalan Sudirman, Jalan Diponegoro, dan Jalan Pangeran Mangkubumi, posisinya strategis dan mudah dijangkau. Namun, lebih dari sekadar lokasi, Tugu ini menyimpan segudang cerita dan makna yang menjadikannya lebih dari sekadar tumpukan batu.

Sejarah Singkat Tugu Jogja: Dari Golong Giling hingga Pal Putih

Sejarah Tugu Jogja bermula pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Monumen ini pertama kali dibangun pada tahun 1755 dan diberi nama Tugu Golong Giling. Bentuknya saat itu sangat berbeda dengan yang kita lihat sekarang, berupa tiang silinder giling setinggi 25 meter dengan bagian atas berbentuk bulat (golong). Filosofi di baliknya adalah “manunggaling kawula gusti” atau bersatunya rakyat dengan rajanya, yang direpresentasikan oleh bentuk silinder dan bulat tersebut.

Namun, bencana alam mengubah segalanya. Pada 10 Juni 1867, gempa bumi dahsyat mengguncang Yogyakarta, meruntuhkan Tugu Golong Giling. Akibatnya, monumen ini sempat terbengkalai selama beberapa waktu. Barulah pada tahun 1889, di bawah pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII, Tugu tersebut dibangun kembali dengan bentuk yang berbeda dan lebih modern, seperti yang kita kenal sekarang. Desain barunya berbentuk persegi dengan puncak kerucut yang runcing (pal) dan dicat putih, sehingga populer dengan nama Tugu Pal Putih.

Filosofi dan Makna yang Tersembunyi di Balik Tugu Jogja

Meskipun bentuknya telah berubah, filosofi yang mendalam tetap melekat pada Tugu Jogja. Konsep “manunggaling kawula gusti” tetap menjadi inti. Tugu ini merupakan titik penting dalam garis imajiner yang menghubungkan Keraton Yogyakarta, Tugu Pal Putih, dan Gunung Merapi. Garis lurus ini melambangkan keselarasan hubungan antara raja (manusia), rakyat, serta Tuhan (melalui Gunung Merapi sebagai simbol spiritual dan kesuburan).

Pada zaman dahulu, Sri Sultan Hamengku Buwono I menggunakan Tugu ini sebagai patokan arah untuk bermeditasi menghadap puncak Gunung Merapi, yang dipercaya sebagai tempat bersemayam para leluhur dan penguasa spiritual. Ini menunjukkan betapa kentalnya unsur spiritual dan kosmologi Jawa dalam pembangunan dan keberadaan Tugu Jogja.

Arsitektur Unik dan Ciri Khas Tugu Jogja

Tugu Jogja yang kita lihat saat ini memiliki ketinggian sekitar 15 meter. Berbeda dengan bentuk silinder dan golong sebelumnya, Tugu Pal Putih menampilkan konstruksi yang lebih kokoh dengan pondasi persegi empat. Pada puncaknya terdapat bola kecil berujung runcing yang sering disebut “golong”. Struktur ini memancarkan kesan elegan namun juga kekuatan. Warna putih yang mendominasi memberikan kesan bersih dan suci, selaras dengan filosofi yang diusungnya.

Di sekitar Tugu, Anda akan melihat lalu lintas kota yang selalu ramai, namun Tugu Jogja selalu berhasil menjadi pusat perhatian. Lampu-lampu kota yang indah di malam hari semakin menambah pesona Tugu, menjadikannya latar yang sempurna untuk berfoto.

Tugu Jogja: Titik Nol Kilometer dan Pusat Orientasi Kota

Tugu Jogja secara informal sering disebut sebagai “titik nol kilometer” Yogyakarta, meskipun secara teknis titik nol kilometer yang sebenarnya berada di depan kantor Pos Besar. Namun, secara psikologis dan fungsional, Tugu ini menjadi titik pusat dan orientasi utama bagi penduduk lokal maupun wisatawan. Dari sinilah, arah menuju berbagai destinasi penting di Yogyakarta seperti Keraton, Malioboro, dan kawasan universitas dapat dengan mudah ditentukan.

Tidak hanya sebagai penanda arah, Tugu Jogja juga berfungsi sebagai salah satu pusat aktivitas sosial. Seringkali Anda akan melihat anak muda berkumpul, wisatawan berfoto, atau bahkan seniman jalanan menampilkan karyanya di sekitar area ini, terutama saat malam hari. Info Jogja lainnya.

Mengapa Tugu Jogja Wajib Dikunjungi?

Kunjungan ke Yogyakarta tidak akan lengkap tanpa singgah ke Tugu Jogja. Berikut adalah beberapa alasan mengapa Tugu ini layak masuk dalam daftar kunjungan Anda:

  • Foto Ikonik: Tugu Jogja adalah spot foto paling populer dan wajib di kota ini. Abadikan momen Anda dengan latar belakang monumen bersejarah ini.
  • Menikmati Suasana Malam: Pada malam hari, Tugu Jogja dan sekitarnya berubah menjadi lebih hidup dengan cahaya lampu yang memukau. Suasana ini cocok untuk bersantai sambil menikmati kuliner malam.
  • Merasakan Jiwa Kota: Dengan berdiri di depan Tugu, Anda akan merasakan denyut nadi dan jiwa Yogyakarta. Ini adalah tempat di mana sejarah bertemu modernitas.
  • Mitos & Harapan: Ada mitos populer di kalangan wisatawan yang menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil memeluk Tugu Jogja, suatu saat pasti akan kembali lagi ke kota ini. Mitos ini menambah daya tarik tersendiri bagi banyak pengunjung.

Tugu Jogja bukan hanya sebuah struktur fisik, melainkan jantung spiritual dan simbol kebanggaan bagi Yogyakarta. Kunjungan Anda ke sini adalah sebuah perjalanan singkat ke dalam sejarah, filosofi, dan keindahan budaya Jawa yang tak lekang oleh waktu. Setiap sudutnya menyimpan cerita, dan setiap kunjungan meninggalkan kesan yang mendalam, membuat Anda ingin kembali lagi ke kota istimewa ini.

Link Partner = Bali tours, Indoor Teak furniture, Bali Tourist Attractions, Toko Material Interior, Sita Web Desain

Informasi Kontak

Ari Blogger
Gunungsari, Tempel, Kec. Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57557 – +6281339317358
Website: https://ari.my.id
Email: w@wongso.my.id
Hubungi via WhatsApp

Follow kami:

Tanya Jawab Umum

Apa sebenarnya filosofi Tugu Jogja?

Filosofi utama Tugu Jogja adalah “Manunggaling Kawula Gusti”, yang berarti bersatunya rakyat dengan rajanya (Tuhan). Monumen ini juga menjadi bagian dari garis imajiner yang menghubungkan Keraton Yogyakarta dengan Tugu dan Gunung Merapi, melambangkan keselarasan hubungan antara manusia, raja, dan Tuhan.

Kapan waktu terbaik mengunjungi Tugu Jogja?

Waktu terbaik untuk mengunjungi Tugu Jogja adalah sore menjelang malam. Anda bisa menyaksikan keindahan Tugu saat senja dan kemudian menikmati suasana malam yang ramai dengan lampu-lampu kota. Pagi hari juga ideal jika Anda ingin menghindari keramaian dan mendapatkan pencahayaan yang bagus untuk berfoto.

Apakah ada biaya masuk untuk melihat Tugu Jogja?

Tidak ada biaya masuk atau tiket yang diperlukan untuk melihat Tugu Jogja. Monumen ini berada di tengah persimpangan jalan dan dapat diakses secara bebas oleh siapa saja. Anda hanya perlu berhati-hati dengan lalu lintas di sekitarnya.

Mengapa ada mitos tentang “kembali lagi ke Jogja” terkait Tugu?

Mitos tentang “kembali lagi ke Jogja” setelah memeluk Tugu adalah tradisi populer yang menambah daya tarik Tugu. Meskipun tidak ada bukti ilmiah, mitos ini menjadi bagian dari pengalaman dan kenangan manis bagi wisatawan, seolah memberikan janji untuk kembali menikmati keindahan kota ini.

Postingan terkait

Tinggalkan komentar pertama